Mengungkap Rahasia Nabi Khidir

Judul Buku: The Secret of Khidir: Melacak Jejak Mesterius Nabi Khidir

Penulis: Khalifi Elyas Bahar

Penerbit: Safirah

Cetakan: Pertama, 2013

Tebal Buku: 196 halaman

ISBN: 978-602-255-350-2

Sampai saat ini, cerita tentang Nabi Khidir terus bergulir di kalangan masyarakat. Meski demikian, kontroversi tentang keberadaannya masih juga diperdebatkan. Banyak orang yang mempercayai keberadaannya, namun, tak sedikit pula orang yang tidak mempercayai akan adanya. Semua ini terjadi dikarenakan keberadaan Nabi Khidir itu sendiri yang misterius sekaligus hanya orang-orang terpilihlah yang sering dijumpainya.

Sebenarnya, kisah tentang Nabi Khidir telah ada sejak zaman Nabi terdahulu, terutama pertemuannya dengan Nabi Musa. Yang mana, kisah tersebut diabadikan oleh Allah di dalam kitab suci Al-Qur’an pada surat Al-Kahfi ayat 60-82. Dari sini, seharusnya keberadaan Nabi Khidir dapat kita ketahui dan yakini adanya. Namun, jika kita ingin lebih memantabkan lagi dengan bukti-bukti yang real, melalui buku The Secret of Khidir: Melacak Jejak Misterius Nabi Khidir inilah kita akan mendapatkannya. 

Secara garis besar, buku setebal 196 halaman ini berisi tentang kisah nyata dari orang-orang yang pernah berjumpa dengan Nabi Khidir, baik secara langsung maupun tidak. Banyak perubahan yang terjadi pada diri mereka pascaperjumpaannya dengan Nabi Khidir. Dari segi ekonomi, yang semula miskin berubah menjadi lancar rezekinya (kaya), yang semula bodoh berubah menjadi orang yang alim. Namun, ada pula yang sudah mendapatkan kekayaan dan kekuasaan setelah perjumpaannya dengan Nabi Khidir kembali jatuh miskin, karena mereka melakukan tindakan yang melanggar ajaran agama. 

Pada kisah Tiga Bersaudara Kaya Raya setelah Bertemu dengan Nabi Khidir misalnya, Ubay dan Ammar tak seberuntung seperti saudaranya, Hafidz. Keduanya kembali jatuh miskin setelah mendapatkan kekayaan dan kekuasaan yang dinginkannya akibat dari kesombongan mereka atas segala sesuatu yang dimilikinya. Berbeda dengan Hafidz, yang memiliki niat yang mulia dan senantiasa mengamalkan ilmunya setelah menjadi orang yang alim pascaperjumpaannya dengan Nabi Khidir. Akhirnya, ia pun menjadi orang terpandang dan terhormat di daerahnya (hlm. 52-70).

Melihat hal tersebut, kiranya perlu diketahui bahwa keberkahan yang terjadi setelah bertemu dengan Nabi Khidir akan bertahan lama jika dibarengi dengan niat dan amal yang baik. Di samping itu, Nabi Khidir hanya bisa menemui siapa pun bilamana kedatangannya itu membawa manfaat, serta seseorang yang ingin bertemu dengannya memiliki niat yang tulus dan benar (hlm. 49).

Kedatangan Nabi Khidir kepada orang-orang yang dikehendakinya, seringkali menyamar menjadi seorang pengemis, berpakaian compang-camping dan lain sebagainya. Sehingga, bagi orang yang masih awam yang belum mengetahui ciri-ciri dari Nabi Khidir, seringkali tak menghiraukan kedatangannya karena ketidaktahuannya. Sangat disayangkan, bukan? 

Khalifi Elyas Bahar dalam buku ini menerangkan bahwa ciri-ciri mendasar yang dapat kita kenali dari Nabi Khidir adalah sebagai berikut: telapak tangannya halus, jempol ibu jari tangan sebelah kanan tidak bertulang, wajahnya bercahaya dan tampan, selalu membawa tongkat dengan perawakan lebih tinggi dari manusia pada umumnya, tidak memiliki bayangan dan segala sesuatu yang ada di dekatnya akan tampak berwarna kehijau-hijauan (hlm. 190).

Akhirnya, sangat disayangkan jika tak membaca buku ini karena, selain kaya akan kisah-kisah dari orang-orang terdahulu yang telah bertemu dengan Nabi Khidir, juga menyajikan beberapa cara (amalan) dan bacaan doa yang dapat mempermudah pertemuan kita dengannya. Namun, perlu diingat bahwa perjumpaan kita dengan Nabi Khidir dan apa pun yang terjadi setelah bertemu dengannya, semua itu adalah kehendak dan kuasa Allah Swt. (hlm. 187).

Dimuat di Koran Tribun Jogja, 24 Agustus 2014